Kamis, 24 Mei 2018

THE POWER OF GIVE


THE POWER OF GIVE
Akhmad Hasan Saleh

Gambar terkait

Beberapa tahun tepatnya 12 tahun yang lalu, saya menjadi pendamping masyarakat melakukan dakwah ekonomi di daerah rawan kerusuhan Halmahera Barat Maluku Utara. Daerah yang sangat subur penuh dengan tanaman perkebunan membuat saya takjub. Namun disisi lain, jauh dari keluarga tanpa sanak saudara. Disana saya berkenalan dengan orang setempat. Orang ini ternyata berasal dari jawa yang tinggal di Maluku Utara sejak tahun 2000, ia bersama dengan  istri dan satu anaknya yang masih kecil. Saya kira hanya sayalah disana yang tanpa sanak saudara, ternyata masih ada orang yang lebih kurang beruntung kehidupannya dari saya di tempat perantauan. Mereka hidup dalam satu rumah kos-kosan yang dihuni oleh beberapa karyawan perusahaan, keluarga kecil itu hanya mampu menyewa satu kamar kecil berukuran 3 x 3 meter. Sebelumnya mereka tinggal berpindah-pindah dari kos-kosan ke kos-kosan yang lain. Rumahnya pun tidak layak untuk ditempati, bisa dibayangkan rumah pesisir pantai. Suaminya bekerja sebagai tukang ojek dengan sepeda motor sewaan. Penghasilannya pun tak menentu. Uang hasil ojek yang bisa ia bawa pulang setiap hari maksimal 50.000, jika hari itu menjadi keberuntungannya, jika lagi sepi penumpang hampir tidak bawa apa-apa, karena uang sudah habis dengan sewa motor, bahkan harus ngutang uang sewa pada juragannya (pemilik sepeda motor).
Saat itu, saya berinisiatif untuk mengajak mereka untuk tinggal bersama di rumah kontrakan yang saya kontrak. Dalam hati kecil ini berkata, “biarlah saya menanggung hidup mereka, lah wong sama-sama hidup diperantauan”. Dengan gaji pas-pasan saya harus membayar kontrakan bulanan dan menanggung makan harian satu keluarga itu, belum lagi biaya transportasi yang cukup mahal karena harus menempuh perjalanan keluar masuk hutan dan menyeberangi lautan ternate-Halmahera. Hampir-hampir gaji setiap bulan tak dapat saya tabung untuk dibawa pulang diakhir masa kontrak pendampingan. Sedangkan sebelumnya saya sudah menghitung-hitung gaji untuk saya bawa pulang diakhir masa tugas selama 1 tahun. Perkiraan hitungan gaji yang akan saya bawa pulang sebesar 10 juta. Namun pikiran itu lenyap ketika waku terus berjalan menanggung keluarga tersebut, saya tidak lagi berfikir untuk diri sendiri, tetapi bagaimana keluarga dengan satu anak itu bisa hidup layak. Mereka sangat perhatian kepada saya, setiap saya pulang dari pendampingan mereka sudah menyiapkan makanan untuk saya diatas meja makan.
Pada suatu malam, saya pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat qiyamul lail. Saat itu saya berfikir, “hanya ini yang bisa saya lakukan untuk bisa mendapatkan pertolongan Allah dan mengetuk pintu langitNya serta membaca al qur’an untuk berkomunikasi dengan Allah”. Dalam hati kecil saya semakin bertambah keyakinan itu. Pada saat membaca al qur’an, saya sempat terhenti pada ayat al baqarah ayat 261 Perumpamaan orang yang meninfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui”. Ayat ini membuat saya merenung selama seminggu “apa ia, saya akan mendapatkan sebanyak 7 kali lipat bahkan lebih?”. Saya baru sadar bahwa Allah akan melipatgandakan pahala apapun yang kita lakukan dengan ikhlas, khususnya harta kita, entah berupa kesahatan atau yang lainnya. Keyakinan untuk membantu keluarga yang menjadi tanggungan saya itu semakin kuat. Walaupun pada akhirnya hitungan saya meleset untuk bisa membawa uang hasil pendampingan setahun sebanyak 10 juta.
Dipertengahan tahun masa tugas pendampingan, saya berinisiatif untuk membuka bisnis besi tua, namun yang mengelola adalah keluarga tersebut. Akhirnya bisnis besi tua pun berjalan. Satu bulan pertama mendapatkan laba bersih sebesar 1,5 juta. Sampai kemudian usaha besi tua itu saya limpahkan sepenuhnya kepada keluarga tersebut. Namun dari keuntungan yang didapatkan hanya cukup untuk membayar hutang-hutang yang menumpuk di masa lalunya. Saya tidak mengambil keuntungan sedikit pun dari penjualan besi tua. Dalam fikiran saya “biarlah mereka menikmati penghasilan itu, biarlah mereka bahagia, supaya mereka seperti orang lain yang layak menikmati kebahagian dari hasil usahanya”.
Waktu terus berjalan hingga dipenghujung tahun masa kontrak sebagai pendamping masyarakat. Saya merasa sedih harus meninggalkan keluarga tersebut yang sudah seperti keluarga sendiri. Sedangkan uang kerja setahun yang saya tabung hanya mencapai 2 juta. Namun hati ini tetap memiliki keyakinan pada Allah, bahwa Allah tak pernah tidur dan Allah takkan ingkar janji. Pikiran saya menerawang jauh kedepan dan berfikir bahwa orang yang tidak beriman saja, Allah berikan harta dan kesehatan, apalagi orang yang beriman pada Allah, pasti Allah akan jaga dan akan diberikan segalanya nanti pada waktunya. Fikiran inilah yang kemudian menguatkan saya untuk terus berharap pada Allah, walaupun selalu muncul pertanyaan “kapan?, mana? Saya lagi butuh”. Dan kemudian muncul jawaban dari hati ini, “pertolongan Allah datang tepat pada waktunya”.
Waktu terus berlalu, sehingga satu minggu sebelum kepulangan, saya dikagetkan dengan pemberian seorang teman asli ternate, dia memberikan sesuatu pada saya berupa amplop besar berwarna coklat, setelah saya buka ternyata Subhanallah........ didalamnya berisi uang. Lebih kaget lagi setelah saya hitung berjumlah 8 juta. Saya terharu dan dalam dada ini semakin bertambah keyakinan itu. Bahwa Allah akan berikan kenikmatan dan menyelesaikan masalah hamba tepat pada waktunya, karena Allah tak ingkar janji. Sejak itu keyakinan terhadap rizqi Allah tak pernah ragu dan risau, yang ada dalam fikiran saya bahwa “Allah akan berikan rizqi pada hambaNya tepat pada waktunya, laa tahzan innallaha ma’ana (jangan sedih Allah bersama kita)”. Bahkan sampai pada prinsip “ketika tidak punya segeralah banyak memberi, ketika punya perbanyaklah lagi”. Keyakinan saya dikuatkan juga dengan kata-kata sang murobbi yang terus terpatri dalam hati yaitu “jadilah wong loman (orang dermawan)”. Maka benarlah janji Allah dalam surat al baqorah ayat 261. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih telah membuka blog ini