MENJADI AYAH VISIONER
Oleh. Akhmad Hasan Saleh
“ Di antara hak anak dari ayahnya ialah memberikan pendidikan kepada
anak kepandaian menulis, membaca, kepandaian berenang, kepandaian membidik, dan
memberikannya rezeki dengan rezeki yang halal.” (HR. Abu Syekh dan Al
Baihaqi).
Hadits diatas
mengisyaratkan pada orangtua, khususnya ayah untuk menunaikan kewajibannya
dalam pendidikan keluarga. Ada hak anak terhadap orang tuanya adalah memperoleh
pendidikan yang layak. Pendidikan yang pertama harus diberikan pada anak adalah
pendidikan dan pemahaman tentang pengenalan terhadap Robnya, mengenal Rasulnya,
mengajarkan sholat dan al qur’an, memberi tauladan yang baik.
Orang tua (Ayah
dan ibu) memiliki posisi dan porsi yang berbeda dalam memberikan pendidikan. Ibu
yang cenderung lembut, sayang, perasa menjadikan anak memiliki kelembutan dan
kasih sayang, sedangkan ayah adalah sosok yang tegas, penuh tanggungjawab,
logis, pengambil keputusan akan mampu menjadikan anak untuk menjadi sosok
pemimpin atau menjadi pelindung bagi keluarganya. Sosok ayah tak bisa
dipisahkan dari pendidikan keluarga. Ayah tetap ayah dan ibu tetap ibu dengan
porsi dan sosok yang berbeda, perpaduan keduanya menjadikan anak tidak
kehilangan figur keteladanan.
Pembentukan
karakteristik anak tergantung pola pendidikan ayah ibunya (suami istri) dan
sesuai dengan fitrah seksualitasnya. Menurut Psikolog Elly Risman Musa, Jika
punya suami yang kasar, kaku garing dan susah memahami perasaan istrinya, tidak
mesra dengan anak, maka perlu ditanyakan, pasti dia tidak dekat dengan ibunya
ketika masa sebelum aqilbaligh. Jika punya suami yang sangat tergantung pada
istrinya, bingung membuat visi misi keluarga bahkan galau menjadi ayah, pasti
dia tidak dekat dengan ayahnya ketika masa anak. Figur ayah dan ibu harus ada
sepanjang masa mendidik anak-anak sejak lahir sampai aqilbaligh. Bahkan figur
ayah sudah sangat dibutuhkan pada saat anak masih dalam bentuk janin. Anak yang
masih dalam kandungan sudah sejak awal memiliki keterikatan emosional dengan ibunya,
bagaimana dengan seorang ayah?. Oleh karena itu, pada saat anak masih dalam
kandungan, perlunya seorang ayah menyentuh perut istrinya dan bersuara dengan
lembut bahkan memberi nasehat pada janin dalam kandungan sambil membacakan
ayat-ayat suci al Qur’an sehingga anak dalam kandungan sudah mengenal dan
mendapatkan pendidikan sang ayah.
Ayah dengan
karakteristiknya menjadikan keluarga menemukan eksistensinya. Arti pentingnya
seorang ayah dalam keluarga adalah sebagai motivator kehidupan keluarga, khususnya
menjadi figur panutan bagi seorang anak. Berawal dari seorang ayahlah
pendidikan itu dimulai, baru kemudian ibu melengkapi pola pendidikan dalam
rumah tangga. Maka saling melengkapi dan kerjasama dalam mendidik anak menjadi
sangat penting dalam membentuk anak menjadi sholeh dan sholeha.
“Muliakan
anak-anakmu dan didiklah dengan budi pekerti yang baik” (HR. Ibnu Majah)
Tanggungjawab
ayah yang pertama adalah memberikan nama yang baik, membesarkannya dengan
memberikan nafkah yang toyyib lagi halal, dan menikahkannya. Ketika ayah
memberikan nafkah, bukan hanya sekedar materi yang diberikan, namun nafkah
pendidikan menjadi yang utama. Ayah hendaknya visioner dalam membangun
keluarga–membina istri dan mendidik anak–suami yang memiliki visi dalam rumah
tangga tentunya memandang ke masa depan demi terbinanya istri yang sholeha dan
anak-anak yang sholeh-sholeha.
Rasulullah SAW
sendiri amat memperhatikan masa depan sebagaimana pesannya, “Didiklah
anak-anakmu, karena mereka itu dijadikan untuk menghadapi masa yang bukan
masamu (yakni masa depan, sebagai generasi pengganti).” Seorang ayah dituntut
memiliki wawasan luas tentang dunia dan perkembangannya, sehingga mampu
memberikan pendidikan terbaik dan menjadi teladan bagi keluarga. Rasulullah
bersabda, “ Di antara hak anak dari ayahnya ialah memberikan pendidikan kepada
anak kepandaian menulis, membaca, kepandaian berenang, kepandaian membidik, dan
memberikannya rezeki denngan rezeki yang halal.” (HR. Abu Syekh dan Al
Baihaqi).
Istri yang
perasa kecenderungan lemah menghadapi ‘kenakalan’ anak, maka sosok ketegasan
ayah yang dibutuhkan. Ayah visioner memberikan arahan terhadap masa depan
keluarga dan anak dengan wawasan yang dimilikinya. Jika ayah tidak memiliki
visi dalam membangun keluarga, maka pembinaan dan pendidikan keluarga tidak
akan berjalan dengan baik. Sehingga istri dan anak cenderung dengan
kesibukannya masing-masing, tidak terbangun kepekaan dan emosional kebersamaan.
Guru utama dalam keluarga ada pada ayah, sedangkan ibu adalah guru pertama bagi
anak-anaknya.
Imam al
Ghazali mengemukakan tentang thariqoh at
tarbiyah (sistem pendidikan) yang harus dilalui dalam mendidik anak,
sehingga mereka terselamatkan dari api dunia dan akhirat. Beliau mengatakan,”Anak
itu amanat Allah yang dipertaruhkan kepada kedua orang tua. Jiwa anak yang suci
murni itu bagai permata indah yang
sangat sederhana, yang belum dibentuk. Ia menerima segala bentuk rupa. Karena
itu anak yang masih murni jika kita biasakan ke jalan kebajikan, tentu sampai
dewasa ia akan selamat. Sebaliknya jika anak-anak kita dibiasakan kejalan
kejahatan dan melengahkan pendidikannya sebagai pendidikan binatang, ceaka dan
sesatlah akhirnya. Kesalahan itu menjadi tanggungjawab ayah dan ibunya,
sebagaimana firman Allah SWT, ‘Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka’. (QS. At Tahrim (66):6).”
Ayah sebagai
sosok pemimpin dan pelindung, seyogyanya memberikan tauladan terbaik bagi istri
dan anak-anaknya. Sebagaimana Allah berfirman, “Arrijaalu kawwamuna ‘alan nisa’, (laki-laki adalah pemimpin bagi
perempuan)”, maka pantaslah jika ayah memiliki tanggungjawab berat dalam
keluarga dan setiap tanggunggungjawab akan dimintai pertanggungjawabannya,
Rasulullah bersabda, “Setiap dari kalian adalah pemimpin dana akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan dia
bertanggungjawab atas kepemimpinannya. Dan, orang laki-laki adalam pemimpin
dalam keluarganya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya.....”
(Muttafaq’alaih).
Terbangunnya
kerjasama dalam pendidikan anak tergantung ayah dalam membawa pada suasana
keharmonisan rumah tangga. Ayah visioner tentunya memiliki scadule pendidikan rumah tangga dan mindmap pencapaian cita-cita mulia keluarga. Ayah yang visioner
juga menjadi inspirator bagi istri dan anak-anaknya untuk melakukan amar ma’ruf
nahi munkar, rajin dalam beribadah dan istiqomah dalam dakwah. Ayah yang
penyayang juga menjadi tempat konseling bagi istri dan anak-anaknya untuk
menemukan solusi yang terbaik dikala menghadapi kebuntuhan permasalahan,
menjadikan anak memahami peran sosial sebagai pemimpin, menjadikan anak mampu
berkomunikasi secara terbuka, memiliki percaya diri dan mampu mengelolah
perasaan cinta.
Bersyukurlah
kita dijadikan orang tua yang mampu menjadikan anak-anak tumbuh dalam asuhan
kasih sayang, belaian dan cinta kita yang semata untuk menggapai ridho Allah
SWT. Wallahu a’lam.