Sabtu, 08 September 2018

TASAWUF AKHLAQI

TASAWUF AKHLAQI


Setiap makhluk sudah diciptakan sesuai dengan kadarnya. Setiap makhluk ciptaan tentunya melakukan ibadah pada Allah subhanahu wata'ala sesuai dengan caranya. Sedangkan manusia mendekatkan diri kepada Allah sesuai dengan syariat yang telah Allah berikan pada manusia dengan berpegang pada kalamullah dan sabda Rasulullah sallahu 'alaihi wasallam. Setiap manusia wajib bagi dirinya untuk mendekatkan diri pada Allah.

Rasulullah sebagai makhluk Allah menjadi paling istimewa bukan karena nasabnya, namun karena Akhlaqnya kepada Allah, alam semesta, manusia dan makhluk ciptaan lainnya. Hadirnya pun bukan sekedar untuk menghuni alam semesta, namun sebagai agen of change dalam perilaku (akhlak) yang terjadi pada masa jahiliyah. Sehingga akhlak Rasulullah menjadi ushwah (panutan) sampai akhir zaman. Rasulullah sebagai ushwah sudah melakukan tasawuf sejak kehadiran beliau dimuka bumi. Tasawuf menurut Imam al Ghazali adalah membuang perilaku buruk dan memasukkan perilaku baik. Maka perilaku Rasulullah inilah yang kemudian menjadi panutan setelahnya sebagaimana yang diikuti oleh sahabat, kemudian tabi'in, tabiit tabi'in dan setelahnya hingga sekarang. 

Tasawuf dengan menfokuskan pada kajian perilaku inilah kemudian dikenal dengan Tasawuf Akhlaqi atau Tasawuf Sunni. Dalam Konsep Tasawuf Akhlaqi dipelajari tentang tahapan seseorang untuk bisa membersamai Allah dengan proses (riyadhoh) yang dilakukannya. Tahapan dalam Tasawuf Akhlaqi dikenal dengan Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Takhalli sebagai proses awal pembersihan jiwa yang kotor, perilaku yang buruk dengan proses taubat, wara', zuhud dan sebagainya yang pada akhirnya seseorang yang melakukan proses tersebut akan sampai pada maqom (kedudukan) tertentu. Dimana mereka yang melakukan proses membersihkan diri untuk mendapatkan kedekatan dengan Allah akan merasakan kondisi-kondisi tertentu seperti muraqobah, kahuf, mahabbah, raja', shauq dan sebagainya sesuai dengan kondisi jiwa pada saat itu. Kondisi itulah merupakan pengalaman spiritual yang juga disebut dengan ahwal.

Setelah seseorang melakukan proses takhalli maka akan sampai pada tahapan tahalli dengan memasukkan perilaku (akhlaq) mulia dalam dirinya. Proses Tahalli butuh keistiqomahan untuk bisa mencapai pada tingkatab Tajalli. Jika seseorang sudah sampai pada ketajalliannya dengan Allah, maka seluruh makhluk bahkan alam semesta tak lagi ada dalam dadanya, yang hadir adalah Allah dalam wujudnya yang tak tampak oleh mata telanjang. Namun akan tampak dengan mata bathin bagi pemilik jiwa yang suci.

Kamis, 24 Mei 2018


MENJADI AYAH VISIONER
Oleh. Akhmad Hasan Saleh

“ Di antara hak anak dari ayahnya ialah memberikan pendidikan kepada anak kepandaian menulis, membaca, kepandaian berenang, kepandaian membidik, dan memberikannya rezeki dengan rezeki yang halal.” (HR. Abu Syekh dan Al Baihaqi).
Hadits diatas mengisyaratkan pada orangtua, khususnya ayah untuk menunaikan kewajibannya dalam pendidikan keluarga. Ada hak anak terhadap orang tuanya adalah memperoleh pendidikan yang layak. Pendidikan yang pertama harus diberikan pada anak adalah pendidikan dan pemahaman tentang pengenalan terhadap Robnya, mengenal Rasulnya, mengajarkan sholat dan al qur’an, memberi tauladan yang baik.
Orang tua (Ayah dan ibu) memiliki posisi dan porsi yang berbeda dalam memberikan pendidikan. Ibu yang cenderung lembut, sayang, perasa menjadikan anak memiliki kelembutan dan kasih sayang, sedangkan ayah adalah sosok yang tegas, penuh tanggungjawab, logis, pengambil keputusan akan mampu menjadikan anak untuk menjadi sosok pemimpin atau menjadi pelindung bagi keluarganya. Sosok ayah tak bisa dipisahkan dari pendidikan keluarga. Ayah tetap ayah dan ibu tetap ibu dengan porsi dan sosok yang berbeda, perpaduan keduanya menjadikan anak tidak kehilangan figur keteladanan.
Pembentukan karakteristik anak tergantung pola pendidikan ayah ibunya (suami istri) dan sesuai dengan fitrah seksualitasnya. Menurut Psikolog Elly Risman Musa, Jika punya suami yang kasar, kaku garing dan susah memahami perasaan istrinya, tidak mesra dengan anak, maka perlu ditanyakan, pasti dia tidak dekat dengan ibunya ketika masa sebelum aqilbaligh. Jika punya suami yang sangat tergantung pada istrinya, bingung membuat visi misi keluarga bahkan galau menjadi ayah, pasti dia tidak dekat dengan ayahnya ketika masa anak. Figur ayah dan ibu harus ada sepanjang masa mendidik anak-anak sejak lahir sampai aqilbaligh. Bahkan figur ayah sudah sangat dibutuhkan pada saat anak masih dalam bentuk janin. Anak yang masih dalam kandungan sudah sejak awal memiliki keterikatan emosional dengan ibunya, bagaimana dengan seorang ayah?. Oleh karena itu, pada saat anak masih dalam kandungan, perlunya seorang ayah menyentuh perut istrinya dan bersuara dengan lembut bahkan memberi nasehat pada janin dalam kandungan sambil membacakan ayat-ayat suci al Qur’an sehingga anak dalam kandungan sudah mengenal dan mendapatkan pendidikan sang ayah.
Ayah dengan karakteristiknya menjadikan keluarga menemukan eksistensinya. Arti pentingnya seorang ayah dalam keluarga adalah sebagai motivator kehidupan keluarga, khususnya menjadi figur panutan bagi seorang anak. Berawal dari seorang ayahlah pendidikan itu dimulai, baru kemudian ibu melengkapi pola pendidikan dalam rumah tangga. Maka saling melengkapi dan kerjasama dalam mendidik anak menjadi sangat penting dalam membentuk anak menjadi sholeh dan sholeha.
“Muliakan anak-anakmu dan didiklah dengan budi pekerti yang baik” (HR. Ibnu Majah)
Tanggungjawab ayah yang pertama adalah memberikan nama yang baik, membesarkannya dengan memberikan nafkah yang toyyib lagi halal, dan menikahkannya. Ketika ayah memberikan nafkah, bukan hanya sekedar materi yang diberikan, namun nafkah pendidikan menjadi yang utama. Ayah hendaknya visioner dalam membangun keluarga–membina istri dan mendidik anak–suami yang memiliki visi dalam rumah tangga tentunya memandang ke masa depan demi terbinanya istri yang sholeha dan anak-anak yang sholeh-sholeha.
Rasulullah SAW sendiri amat memperhatikan masa depan sebagaimana pesannya, “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu dijadikan untuk menghadapi masa yang bukan masamu (yakni masa depan, sebagai generasi pengganti).” Seorang ayah dituntut memiliki wawasan luas tentang dunia dan perkembangannya, sehingga mampu memberikan pendidikan terbaik dan menjadi teladan bagi keluarga. Rasulullah bersabda, “ Di antara hak anak dari ayahnya ialah memberikan pendidikan kepada anak kepandaian menulis, membaca, kepandaian berenang, kepandaian membidik, dan memberikannya rezeki denngan rezeki yang halal.” (HR. Abu Syekh dan Al Baihaqi).
Istri yang perasa kecenderungan lemah menghadapi ‘kenakalan’ anak, maka sosok ketegasan ayah yang dibutuhkan. Ayah visioner memberikan arahan terhadap masa depan keluarga dan anak dengan wawasan yang dimilikinya. Jika ayah tidak memiliki visi dalam membangun keluarga, maka pembinaan dan pendidikan keluarga tidak akan berjalan dengan baik. Sehingga istri dan anak cenderung dengan kesibukannya masing-masing, tidak terbangun kepekaan dan emosional kebersamaan. Guru utama dalam keluarga ada pada ayah, sedangkan ibu adalah guru pertama bagi anak-anaknya.
Imam al Ghazali mengemukakan tentang thariqoh at tarbiyah (sistem pendidikan) yang harus dilalui dalam mendidik anak, sehingga mereka terselamatkan dari api dunia dan akhirat. Beliau mengatakan,”Anak itu amanat Allah yang dipertaruhkan kepada kedua orang tua. Jiwa anak yang suci murni itu bagai permata  indah yang sangat sederhana, yang belum dibentuk. Ia menerima segala bentuk rupa. Karena itu anak yang masih murni jika kita biasakan ke jalan kebajikan, tentu sampai dewasa ia akan selamat. Sebaliknya jika anak-anak kita dibiasakan kejalan kejahatan dan melengahkan pendidikannya sebagai pendidikan binatang, ceaka dan sesatlah akhirnya. Kesalahan itu menjadi tanggungjawab ayah dan ibunya, sebagaimana firman Allah SWT, ‘Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka’. (QS. At Tahrim (66):6).”
Ayah sebagai sosok pemimpin dan pelindung, seyogyanya memberikan tauladan terbaik bagi istri dan anak-anaknya. Sebagaimana Allah berfirman, “Arrijaalu kawwamuna ‘alan nisa’, (laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan)”, maka pantaslah jika ayah memiliki tanggungjawab berat dalam keluarga dan setiap tanggunggungjawab akan dimintai pertanggungjawabannya, Rasulullah bersabda, “Setiap dari kalian adalah pemimpin dana akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan dia bertanggungjawab atas kepemimpinannya. Dan, orang laki-laki adalam pemimpin dalam keluarganya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya.....” (Muttafaq’alaih).
Terbangunnya kerjasama dalam pendidikan anak tergantung ayah dalam membawa pada suasana keharmonisan rumah tangga. Ayah visioner tentunya memiliki scadule pendidikan rumah tangga dan mindmap pencapaian cita-cita mulia keluarga. Ayah yang visioner juga menjadi inspirator bagi istri dan anak-anaknya untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar, rajin dalam beribadah dan istiqomah dalam dakwah. Ayah yang penyayang juga menjadi tempat konseling bagi istri dan anak-anaknya untuk menemukan solusi yang terbaik dikala menghadapi kebuntuhan permasalahan, menjadikan anak memahami peran sosial sebagai pemimpin, menjadikan anak mampu berkomunikasi secara terbuka, memiliki percaya diri dan mampu mengelolah perasaan cinta.
Bersyukurlah kita dijadikan orang tua yang mampu menjadikan anak-anak tumbuh dalam asuhan kasih sayang, belaian dan cinta kita yang semata untuk menggapai ridho Allah SWT. Wallahu a’lam.

THE POWER OF GIVE


THE POWER OF GIVE
Akhmad Hasan Saleh

Gambar terkait

Beberapa tahun tepatnya 12 tahun yang lalu, saya menjadi pendamping masyarakat melakukan dakwah ekonomi di daerah rawan kerusuhan Halmahera Barat Maluku Utara. Daerah yang sangat subur penuh dengan tanaman perkebunan membuat saya takjub. Namun disisi lain, jauh dari keluarga tanpa sanak saudara. Disana saya berkenalan dengan orang setempat. Orang ini ternyata berasal dari jawa yang tinggal di Maluku Utara sejak tahun 2000, ia bersama dengan  istri dan satu anaknya yang masih kecil. Saya kira hanya sayalah disana yang tanpa sanak saudara, ternyata masih ada orang yang lebih kurang beruntung kehidupannya dari saya di tempat perantauan. Mereka hidup dalam satu rumah kos-kosan yang dihuni oleh beberapa karyawan perusahaan, keluarga kecil itu hanya mampu menyewa satu kamar kecil berukuran 3 x 3 meter. Sebelumnya mereka tinggal berpindah-pindah dari kos-kosan ke kos-kosan yang lain. Rumahnya pun tidak layak untuk ditempati, bisa dibayangkan rumah pesisir pantai. Suaminya bekerja sebagai tukang ojek dengan sepeda motor sewaan. Penghasilannya pun tak menentu. Uang hasil ojek yang bisa ia bawa pulang setiap hari maksimal 50.000, jika hari itu menjadi keberuntungannya, jika lagi sepi penumpang hampir tidak bawa apa-apa, karena uang sudah habis dengan sewa motor, bahkan harus ngutang uang sewa pada juragannya (pemilik sepeda motor).
Saat itu, saya berinisiatif untuk mengajak mereka untuk tinggal bersama di rumah kontrakan yang saya kontrak. Dalam hati kecil ini berkata, “biarlah saya menanggung hidup mereka, lah wong sama-sama hidup diperantauan”. Dengan gaji pas-pasan saya harus membayar kontrakan bulanan dan menanggung makan harian satu keluarga itu, belum lagi biaya transportasi yang cukup mahal karena harus menempuh perjalanan keluar masuk hutan dan menyeberangi lautan ternate-Halmahera. Hampir-hampir gaji setiap bulan tak dapat saya tabung untuk dibawa pulang diakhir masa kontrak pendampingan. Sedangkan sebelumnya saya sudah menghitung-hitung gaji untuk saya bawa pulang diakhir masa tugas selama 1 tahun. Perkiraan hitungan gaji yang akan saya bawa pulang sebesar 10 juta. Namun pikiran itu lenyap ketika waku terus berjalan menanggung keluarga tersebut, saya tidak lagi berfikir untuk diri sendiri, tetapi bagaimana keluarga dengan satu anak itu bisa hidup layak. Mereka sangat perhatian kepada saya, setiap saya pulang dari pendampingan mereka sudah menyiapkan makanan untuk saya diatas meja makan.
Pada suatu malam, saya pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat qiyamul lail. Saat itu saya berfikir, “hanya ini yang bisa saya lakukan untuk bisa mendapatkan pertolongan Allah dan mengetuk pintu langitNya serta membaca al qur’an untuk berkomunikasi dengan Allah”. Dalam hati kecil saya semakin bertambah keyakinan itu. Pada saat membaca al qur’an, saya sempat terhenti pada ayat al baqarah ayat 261 Perumpamaan orang yang meninfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui”. Ayat ini membuat saya merenung selama seminggu “apa ia, saya akan mendapatkan sebanyak 7 kali lipat bahkan lebih?”. Saya baru sadar bahwa Allah akan melipatgandakan pahala apapun yang kita lakukan dengan ikhlas, khususnya harta kita, entah berupa kesahatan atau yang lainnya. Keyakinan untuk membantu keluarga yang menjadi tanggungan saya itu semakin kuat. Walaupun pada akhirnya hitungan saya meleset untuk bisa membawa uang hasil pendampingan setahun sebanyak 10 juta.
Dipertengahan tahun masa tugas pendampingan, saya berinisiatif untuk membuka bisnis besi tua, namun yang mengelola adalah keluarga tersebut. Akhirnya bisnis besi tua pun berjalan. Satu bulan pertama mendapatkan laba bersih sebesar 1,5 juta. Sampai kemudian usaha besi tua itu saya limpahkan sepenuhnya kepada keluarga tersebut. Namun dari keuntungan yang didapatkan hanya cukup untuk membayar hutang-hutang yang menumpuk di masa lalunya. Saya tidak mengambil keuntungan sedikit pun dari penjualan besi tua. Dalam fikiran saya “biarlah mereka menikmati penghasilan itu, biarlah mereka bahagia, supaya mereka seperti orang lain yang layak menikmati kebahagian dari hasil usahanya”.
Waktu terus berjalan hingga dipenghujung tahun masa kontrak sebagai pendamping masyarakat. Saya merasa sedih harus meninggalkan keluarga tersebut yang sudah seperti keluarga sendiri. Sedangkan uang kerja setahun yang saya tabung hanya mencapai 2 juta. Namun hati ini tetap memiliki keyakinan pada Allah, bahwa Allah tak pernah tidur dan Allah takkan ingkar janji. Pikiran saya menerawang jauh kedepan dan berfikir bahwa orang yang tidak beriman saja, Allah berikan harta dan kesehatan, apalagi orang yang beriman pada Allah, pasti Allah akan jaga dan akan diberikan segalanya nanti pada waktunya. Fikiran inilah yang kemudian menguatkan saya untuk terus berharap pada Allah, walaupun selalu muncul pertanyaan “kapan?, mana? Saya lagi butuh”. Dan kemudian muncul jawaban dari hati ini, “pertolongan Allah datang tepat pada waktunya”.
Waktu terus berlalu, sehingga satu minggu sebelum kepulangan, saya dikagetkan dengan pemberian seorang teman asli ternate, dia memberikan sesuatu pada saya berupa amplop besar berwarna coklat, setelah saya buka ternyata Subhanallah........ didalamnya berisi uang. Lebih kaget lagi setelah saya hitung berjumlah 8 juta. Saya terharu dan dalam dada ini semakin bertambah keyakinan itu. Bahwa Allah akan berikan kenikmatan dan menyelesaikan masalah hamba tepat pada waktunya, karena Allah tak ingkar janji. Sejak itu keyakinan terhadap rizqi Allah tak pernah ragu dan risau, yang ada dalam fikiran saya bahwa “Allah akan berikan rizqi pada hambaNya tepat pada waktunya, laa tahzan innallaha ma’ana (jangan sedih Allah bersama kita)”. Bahkan sampai pada prinsip “ketika tidak punya segeralah banyak memberi, ketika punya perbanyaklah lagi”. Keyakinan saya dikuatkan juga dengan kata-kata sang murobbi yang terus terpatri dalam hati yaitu “jadilah wong loman (orang dermawan)”. Maka benarlah janji Allah dalam surat al baqorah ayat 261. Wallahu a’lam.

Jumat, 11 Mei 2018

KISAH CINTA AKU DAN KAMU

UNTUKMU YANG AKU CINTA......
Yang selalu menemani hidupku
Memberikan segalanya untukku
Sebagai motivasi dalam perjalanan dakwah
Engkau pula yang memahamiku
saat diri ini letih dalam kepayahan
Engkau pula yang memberikan semangat
Saat diri ini lemah tak berdaya
Engkau pula yang menghibur
Saat masalah demi masalah menghampiri
Engkau yang berjiwa Kadijah
Engkau yang berwatak Aisyah
Engkau yang berakhlaq Fatimah
Kuberharap pada Robku....
Kebersamaan bersamamu di dunia dan disyurga
Bahwa cinta dua insan dalam genggaman akad
adalah dua insan yang akan naik ke syurga Allah bersama-sama

Jika suatu saat, aku bertemu dengan Robku lebih dahulu
maka aku akan bisikkan padaNya
bahwa engkau adalah belahan jiwaku yang setia
menemani dalam perjalanan dakwahku
menjaga amanah yang telah diberikan
mengajari anak-anak dengan kesholihan
engkau khadijahku, aisyahku dan fatimahku

Namun, jika suatu saat engkau lebih dahulu menghadapNya
sampaikan pada Robmu dan Robku
bahwa aku mencintaimu karenaNya.
cukup inilah yang aku miliki untukmu 
wahai bidadariku dunia dan akhirat.

kediri, 10/5/18

Kamis, 12 April 2018

SAP Spiritual Quotient


CONCEPT MAP

Mata Kuliah                            : Spiritual Quotient

Informasi Umum
        Data Pribadi
a.       Nama Dosen              : Akhmad Hasan Saleh
b.      Alamat Kantor           : STAIN Kediri Jl. Sunan Ampel 7 Ngonggo Kediri
c.       Telp Kantor                : (0345) 689282
d.      Jam Kantor                 : 07.30 – 16.00 WIB
e.       Alamat Rumah           : Vila Bukit Tidar A1 No.89 Merjosari Kota Malang
f.       Telp Rumah/HP         : - / 081334079818
g.      E-mail                         : aconghasan@yahoo.com
h.      Blog                           : http//jurnalpemikirislam.blogspot.co.id


Deskripsi Mata Kuliah

            Spiritual Qoutient merupakan mata kuliah yang sangat penting untuk diberikan pada mahasiswa, karena mata kuliah spiritual quotient mampu meningkatkan kesadaran untuk beribadah dan memperbaiki perilaku untuk melakukan ketaatan pada Allah. sehingga kedudukan mata kuliah ini di dalam kurikulum sama pentingnya dengan mata kuliah-mata kuliah dasar lainnya. Mata kuliah spiritual quotient menjadi wajib untuk ditempuh setiap mahasiswa, khususnya akhlaq tasawuf di semester genap.
Mata kuliah Spiritual Qoutient mempelajari tentang ruanglingkup, urgansi dan manfaat spiritual, konsep diri, hubungan spiritualitas dengan alam semesta serta kajian ilmiah tentang pusat ketuhanan dalam diri manusia menurut kajian ilmiah dan Islam. Kuliah Spiritual Questient sama dengan mata kuliah yang lain, namun mata kuliah ini memiliki kelebihan dalam melakukan percepatan meningkatkan kesadaran spiritualitas. percepatan spiritualitas dalam mata kuliah ini dikaji secara ilmiah dari sisi ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini, sehingga metode yang digunakan adalah sharing information dan kajian mendalam terhadap kondisi diri dan orang lain. dalam sharing information mahasiswa dituntut untuk memberikan informasi dengan argumen secara ilmiah yang diambil dari hasil penelitian, kajian literature atau lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.
Mahasiswa setelah menempuh mata kuliah ini diharapkan menjadi mahasiswa yang mampu mempertahankan spiritualitasnya dan mampu mengolah spiritualitas dalam dirinya, kemudian menyebarkan energy posiif spiritual pada orang lain.  Oleh karena itu, mata kuliah ini menjadi salah satu standar penting kelulusan mahasiswa Program Akhlaq Tasawuf Jurusan Ushuluddin.


Kompetensi Mata Kuliah
1.      Mahasiswa memahami makna, urgensi dan manfaat SQ
2.      Mahasiswa memahami pusat SQ dalam diri manusia secara ilmiah
3.      Mahasiswa memahami hubungan spiritualitas dengan alam semesta
4.      mahasiswa memahami penyebab, penghambat dan penguat dari spiritualitas

Indikator
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan makna, urgensi, dan manfaat SQ
2.      Mahasiswa dapat menguraikan secara ilmiah pusat SQ dalam diri manusia
3.      Mahasiswa mampu memberikan informasi secara ilmiah hubungan spiritualitas dengan alam semesta
4.      Mahasiswa mampu menganilisis penyebab, penghambat, dan penguat spiritualitas

Topik Perkuliahan
1.      Orientasi perkuliahan dan kontrak belajar
2.      Objek Kajian Spiritual Quotient
3.      Pandangan dan teori spiritualitas 
4.      Konsep Diri (Self Concept)
5.      Hubungan Spiritual dan Agama 
6.      Hubungan Spiritual dengan Intelektual dan Emotional 
7.      God Spot sebagai Pusat SQ 
8.      UTS
9.      Makna dan tingkatan kesadaran 
10.  Spiritualitas alam semesta (spiritual interpersonal)
11.  Makna ujian, sedih dan penyebabnya 
12.  Makna rahmat, bahagia dan jembatannya 
13.  Penghambat spiritual 
14.  Penguatan spiritual 
15.  Aktivasi indera spiritual
16.  UAS

Strategi Perkuliahan
1.      Ceramah
2.      Inqury
3.      Diskusi
4.      Learning Strats with A Question
5.      Reading Guide

Sumber Bacaan         
1.         KH. Toto Tasmara, Kecerdaszan Ruhaniah (Transcendental Intelligence), (Jakarta: Gema Insanai, 2006).
2.         Capt. Wahid Bakhsh Rabbani, Islamic Sufism (terjmh), (Jakarta: Sahara Publisher, 2004)
3.         Siti Fauziana Hassan, Matlamat Hidup dan Kebahagiaan Sebenar (Dari Perspektif Psikologi Islam), (Malaysia: Malaysia Press Sdn Bdn, 2015)
4.         Imam al Ghazali, Menjadi Mu’min sejati (minhajul Abidin),
5.         Fahruddin ar Razi, an Nafs war Ruh wa Syarh Quwahuma (terjmh), (Surabaya: Risalah Gusti, 2001)
6.         Dr. Mohammad ‘Ustman Najati, Ad Dirasat an Nafsaniyyah ‘inda al ‘Ulama’ al Muslimin (terjmh), (Kairo: Dar Syuruq, 1993)
7.         ___________, Al Qur’an ‘Ilmu Nafs (terjmh), (Kairo: Dar Syuruq, 1402 H/1982)
8.         ___________, Al Haditttsun Nabawiy wa ‘Ilmun Nafs (terjmh), (Kairo: Dar Syuruq, 1421 H/2000)
9.         Ibn Sina, Ahwal an nafs Risalah fi an Nafs wa Baqa’iha wa Ma’adiha (terjmh), (Bandung: Pustaka Hidayah, 2009)

Sabtu, 31 Maret 2018

SAP Filsafat Islam



RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM SARJANA
Melalui Kuliah Dalam Bentuk Kegiatan Tatap Muka, Kegiatan Penugasan Terstruktur Dan Kegiatan Mandiri.[1]

MATA KULIAH
:
Filsafat Islam
SKS
:
2

Minggu
Ke
Kemampuan Akhir tiap Tahap Pembelajaran
Bahan Kajian
(Materi)
Metode
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Deskripsi
Tugas
Kriteria-Indikator
Bobot
Penilaian
1.   
Mampu memperkirakan orientasi perkuliahan dan memahami kontrak belajar
Kontrak belajar dan sistem penilaian
Ceramah dan tanya jawab
50x2 = 100 menit
Membaca literatur tentang Filsafat Islam dan Filsafat Umum
Memahami:
1.      Kontrak belajar
2.      Sistem penilaian
10
2.       
Mampu menguraikan objek kajian Filsafat Islam secara umum
Objek Kajian Filsafat islam
Problem filsafat
Perbandingan Filsafat islam dan Barat
1.        Inquiring Mind Want To Know
2.        Active Debate

50x2 = 100 menit
 Menulis review materi dan mempersiapkan pertanyaan terkait materi selanjutnya dengan membaca beberapa literatur
Memahami:
1.      Definisi filsafat secara umum
2.      Definisi filsafat menurut islam
3.      Problrm filsafat
4.      Framework orientalis
5.      Epistemologi filsafat
10
3.       
Mampu menjelaskan sejarah perkembangan filsafat Islam
Asal usul filsafat Islam
Ahli akal dan ahli nukil
Perkembangan filsafat islam
1.        Inquiring Mind Want To Know
2.        Active Debate

50x2 = 100 menit
Menulis review materi dan mempersiapkan pertanyaan terkait materi selanjutnya dengan membaca beberapa literatur
Memahami:
1.      Asal usul filsafat islam
2.      Perbedaan ahli akal dan nukil
3.      Perkembangan filsafat islam

4.       
 Mampu menjabarkan Korelasi Filsafat dengan Worldview Islam
Worldview barat
Worldview Islam
Korelasi filsafat islam dan worldview islam

1)      Subject Review
2)      Listening Team
3)      Advisory group
50x2 = 100 menit
 Mencari, membaca dan review jurnal terkait kausalitas dan worldview
Memahami :
1.      Definisi Worldview
2.      Worldview pandangan barat
3.      Worldview sebagai pandangan hidup
4.      Lahirnya worldview dan periodesisasi
5.      Perbandingan worldview barat dan islam
6.      Korelasi filsafat islam dan worldview islam
10
5.       
Mampu menjelaskan hukum kausalitas dalam worldview islam
Terminologi Kausalitas
Teori atom dan kausalitas
Kausalitas dalam tradisi falsafah
1)      Subject Review
2)      Peer Lessons
50x2 = 100 menit
Literatur review
Mengingat :
1.      Terminologi dan definisi kausalitas
2.      Kausalitas dan worldview islam
3.      Kausalitas alam
4.      Teori atom dan kausalitas
5.      Pandangan kausalitas  menurut tokoh filsafat : al kindi, al farabi dan ibn sina
10
6.       
Mampu menjelaskan epistemologi ilmu dalam filsafat islam
Definisi dan epistemologi ilmu
Hakikat ilmu
Korelasi ilmu dan worldview islam
Sumber ilmu pengetahuan
Komparasi ilmu dalam filsafat islam dan barat
1)      Subject review
2)      Group-to-Group Exchange
50x2 = 100 menit
Literatur review
Mengingat :
1.      Definisi dan epistemologi ilmu
2.      Hakikat ilmu
3.      Sumber ilmu pengetahuan
4.      Komparasi ilmu dalam filsafat islam dan barat
10
7.       
Mampu mengurai Interpretasi al Ghazali atas Realitas
 definisi klasik
definisi menurut al ghazali
unsur-unsur utama kenyataan

1)      Subject review
2)      Group-to-Group Exchange
50x2 = 100 menit
Literatur review
Memahami :
1.      Definisi klasik terhadap realitas
2.      Definisi al ghazali terhadap realitas
3.      Unsur-unsur utama kenyataan: konsep tentang tuhan, konsep kosmologi, sistem kosmos, ontologi penciptaan makhluk
10
8.       
Mampu mengurai pengetahuan menurut al Ghazali
 Definisi, makna, pengetahuan
Pengetahuan dan realitas
Hakikat pengetahuan : agama dan rasionalitas
Pencapaian pengetahuan
Pengetahuan dan kepastian
1)      Subject review
2)      The Study Group
50x2 = 100 menit
Literatur review
Memahami :
1.      Definisi dan makna pengetahuan
2.      Korelasi pengetahuan dan realitas
3.      Hakikat pengetahuan
4.      Pencapaian pengetahuan
5.      Hubungan pengetahuan dan kepastian
10
9.       
Mampu menjelaskan Kausalitas dan Pengetahuan menurut Ibn Rusd
Negasi pengetahuan\
Penyangkalan terhadap sifat alamiah sesuatu
Pola sesuatu yang pasti
1)      Subject review
2)      The Study Group
50x2 = 100 menit
Literatur review
Memahami:
1.      Negasi pengetahuan pendangan ibn Rusd
2.      Penyangkalan terhadap sifat alamiah sesuatu
3.      Pola sesuatu yang pasti menurut ibn Rusd

10.   
Mampu menerangkan  konsepsi Tuhan dan Sembahyang menurut Muhammad Iqbal

1)      Subject review
2)      Information Search
50x2 = 100 menit
Journal Literatur review
Memahami :
1.      Definisi Konsep Tuhan
2.      Indikator Tuhan
3.      Definisi Sembahyang
4.      Konsep Tuhan dan sembahyang menurut Iqbal
10
11.   
Mampu menerangkan Konsep Kenabian menurut Ibnu Sina

1)      Subject review
2)      Active Knowledge Sharing
50x2 = 100 menit
Literatur review
Memahami :
1.      Definisi Konsep Kenabian
2.      Kenabian menurt Ibnu sina
10
12.   
Mampu mengurai epsitemologi, psikologi dan mistisme Ibnu ‘Arabi

1)      Subject review
2)      Active Knowledge Sharing
50x2 = 100 menit
Literatur review “Hakikat Nafs”
Memahami :
1.      Definisi Epistemologi
2.      Definisi psikologi dalam islam
3.      Definisi mistisme dalam islam
4.      Mistisme menurut ibnu ‘Arabi
10
13.   
Mampu mengurai Konsep Makhluq menurut Imam ar Razi (Fakhr Razi)

1)      Subject review
2)      Information Search
50x2 = 100 menit
Journal and Literatur review “Motivasi Perilaku menurut psikologi dan tasawuf”
Memahami :
1.      Definisi Makhluk
2.      Konsep makhluk menurut ar Razi (Fakhr razi)
10
14.   
 Mampu menjelaskan Pandangan metafisika menurut Sayyid Muhammad Naquib Al Attas

1)      Subject review
2)      Group Resume
50x2 = 00 menit
Membuat artikel dengan tema besa tentang psikosufistik
Mengingat :
1.      Definisi Metafisika
2.      Metafisika menurut M.N al Attas
10





[1]Pasal 17 ayat (1) Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 bahwa 1 (satu) sks pada proses pembelajaran berupa KULIAH, RESPONSI, ATAU TUTORIAL, terdiri atas (a) kegiatan tatap muka 50 (lima puluh) menit per minggu per semester; (b) kegiatan penugasan terstruktur 60 (enam puluh) menit per minggu per semester; dan (c) kegiatan mandiri 60 (enam puluh) menit per minggu per semester.Pasal 17 ayat (2) Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 bahwa  1 (satu) sks pada proses pembelajaran berupa SEMINAR atau bentuk lain yang sejenis, terdiri atas (a) kegiatan tatap muka 100 (seratus) menit per minggu per semester; dan (b) kegiatan mandiri 70 (tujuh puluh) menit per minggu per semester.. Pasal 17 ayat (4) Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 bahwa 1 (satu) sks pada proses pembelajaran berupa PRAKTIKUM, PRAKTIK STUDIO, PRAKTIK BENGKEL, PRAKTIK LAPANGAN, PENELITIAN, PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, dan/atau proses pembelajaran lain yang sejenis, 170 (seratus tujuh puluh) menit per minggu per semester.