Minggu, 09 September 2018
Sabtu, 08 September 2018
TASAWUF AKHLAQI
TASAWUF AKHLAQI
Setiap makhluk sudah diciptakan sesuai dengan kadarnya. Setiap makhluk ciptaan tentunya melakukan ibadah pada Allah subhanahu wata'ala sesuai dengan caranya. Sedangkan manusia mendekatkan diri kepada Allah sesuai dengan syariat yang telah Allah berikan pada manusia dengan berpegang pada kalamullah dan sabda Rasulullah sallahu 'alaihi wasallam.
Setiap manusia wajib bagi dirinya untuk mendekatkan diri pada Allah.
Rasulullah sebagai makhluk Allah menjadi paling istimewa bukan karena nasabnya, namun karena Akhlaqnya kepada Allah, alam semesta, manusia dan makhluk ciptaan lainnya. Hadirnya pun bukan sekedar untuk menghuni alam semesta, namun sebagai agen of change dalam perilaku (akhlak) yang terjadi pada masa jahiliyah. Sehingga akhlak Rasulullah menjadi ushwah (panutan) sampai akhir zaman.
Rasulullah sebagai ushwah sudah melakukan tasawuf sejak kehadiran beliau dimuka bumi. Tasawuf menurut Imam al Ghazali adalah membuang perilaku buruk dan memasukkan perilaku baik. Maka perilaku Rasulullah inilah yang kemudian menjadi panutan setelahnya sebagaimana yang diikuti oleh sahabat, kemudian tabi'in, tabiit tabi'in dan setelahnya hingga sekarang.
Tasawuf dengan menfokuskan pada kajian perilaku inilah kemudian dikenal dengan Tasawuf Akhlaqi atau Tasawuf Sunni.
Dalam Konsep Tasawuf Akhlaqi dipelajari tentang tahapan seseorang untuk bisa membersamai Allah dengan proses (riyadhoh) yang dilakukannya. Tahapan dalam Tasawuf Akhlaqi dikenal dengan Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Takhalli sebagai proses awal pembersihan jiwa yang kotor, perilaku yang buruk dengan proses taubat, wara', zuhud dan sebagainya yang pada akhirnya seseorang yang melakukan proses tersebut akan sampai pada maqom (kedudukan) tertentu. Dimana mereka yang melakukan proses membersihkan diri untuk mendapatkan kedekatan dengan Allah akan merasakan kondisi-kondisi tertentu seperti muraqobah, kahuf, mahabbah, raja', shauq dan sebagainya sesuai dengan kondisi jiwa pada saat itu. Kondisi itulah merupakan pengalaman spiritual yang juga disebut dengan ahwal.
Setelah seseorang melakukan proses takhalli maka akan sampai pada tahapan tahalli dengan memasukkan perilaku (akhlaq) mulia dalam dirinya. Proses Tahalli butuh keistiqomahan untuk bisa mencapai pada tingkatab Tajalli. Jika seseorang sudah sampai pada ketajalliannya dengan Allah, maka seluruh makhluk bahkan alam semesta tak lagi ada dalam dadanya, yang hadir adalah Allah dalam wujudnya yang tak tampak oleh mata telanjang. Namun akan tampak dengan mata bathin bagi pemilik jiwa yang suci.
Kamis, 06 September 2018
Kamis, 24 Mei 2018
MENJADI AYAH VISIONER
Oleh. Akhmad Hasan Saleh
“ Di antara hak anak dari ayahnya ialah memberikan pendidikan kepada
anak kepandaian menulis, membaca, kepandaian berenang, kepandaian membidik, dan
memberikannya rezeki dengan rezeki yang halal.” (HR. Abu Syekh dan Al
Baihaqi).
Hadits diatas
mengisyaratkan pada orangtua, khususnya ayah untuk menunaikan kewajibannya
dalam pendidikan keluarga. Ada hak anak terhadap orang tuanya adalah memperoleh
pendidikan yang layak. Pendidikan yang pertama harus diberikan pada anak adalah
pendidikan dan pemahaman tentang pengenalan terhadap Robnya, mengenal Rasulnya,
mengajarkan sholat dan al qur’an, memberi tauladan yang baik.
Orang tua (Ayah
dan ibu) memiliki posisi dan porsi yang berbeda dalam memberikan pendidikan. Ibu
yang cenderung lembut, sayang, perasa menjadikan anak memiliki kelembutan dan
kasih sayang, sedangkan ayah adalah sosok yang tegas, penuh tanggungjawab,
logis, pengambil keputusan akan mampu menjadikan anak untuk menjadi sosok
pemimpin atau menjadi pelindung bagi keluarganya. Sosok ayah tak bisa
dipisahkan dari pendidikan keluarga. Ayah tetap ayah dan ibu tetap ibu dengan
porsi dan sosok yang berbeda, perpaduan keduanya menjadikan anak tidak
kehilangan figur keteladanan.
Pembentukan
karakteristik anak tergantung pola pendidikan ayah ibunya (suami istri) dan
sesuai dengan fitrah seksualitasnya. Menurut Psikolog Elly Risman Musa, Jika
punya suami yang kasar, kaku garing dan susah memahami perasaan istrinya, tidak
mesra dengan anak, maka perlu ditanyakan, pasti dia tidak dekat dengan ibunya
ketika masa sebelum aqilbaligh. Jika punya suami yang sangat tergantung pada
istrinya, bingung membuat visi misi keluarga bahkan galau menjadi ayah, pasti
dia tidak dekat dengan ayahnya ketika masa anak. Figur ayah dan ibu harus ada
sepanjang masa mendidik anak-anak sejak lahir sampai aqilbaligh. Bahkan figur
ayah sudah sangat dibutuhkan pada saat anak masih dalam bentuk janin. Anak yang
masih dalam kandungan sudah sejak awal memiliki keterikatan emosional dengan ibunya,
bagaimana dengan seorang ayah?. Oleh karena itu, pada saat anak masih dalam
kandungan, perlunya seorang ayah menyentuh perut istrinya dan bersuara dengan
lembut bahkan memberi nasehat pada janin dalam kandungan sambil membacakan
ayat-ayat suci al Qur’an sehingga anak dalam kandungan sudah mengenal dan
mendapatkan pendidikan sang ayah.
Ayah dengan
karakteristiknya menjadikan keluarga menemukan eksistensinya. Arti pentingnya
seorang ayah dalam keluarga adalah sebagai motivator kehidupan keluarga, khususnya
menjadi figur panutan bagi seorang anak. Berawal dari seorang ayahlah
pendidikan itu dimulai, baru kemudian ibu melengkapi pola pendidikan dalam
rumah tangga. Maka saling melengkapi dan kerjasama dalam mendidik anak menjadi
sangat penting dalam membentuk anak menjadi sholeh dan sholeha.
“Muliakan
anak-anakmu dan didiklah dengan budi pekerti yang baik” (HR. Ibnu Majah)
Tanggungjawab
ayah yang pertama adalah memberikan nama yang baik, membesarkannya dengan
memberikan nafkah yang toyyib lagi halal, dan menikahkannya. Ketika ayah
memberikan nafkah, bukan hanya sekedar materi yang diberikan, namun nafkah
pendidikan menjadi yang utama. Ayah hendaknya visioner dalam membangun
keluarga–membina istri dan mendidik anak–suami yang memiliki visi dalam rumah
tangga tentunya memandang ke masa depan demi terbinanya istri yang sholeha dan
anak-anak yang sholeh-sholeha.
Rasulullah SAW
sendiri amat memperhatikan masa depan sebagaimana pesannya, “Didiklah
anak-anakmu, karena mereka itu dijadikan untuk menghadapi masa yang bukan
masamu (yakni masa depan, sebagai generasi pengganti).” Seorang ayah dituntut
memiliki wawasan luas tentang dunia dan perkembangannya, sehingga mampu
memberikan pendidikan terbaik dan menjadi teladan bagi keluarga. Rasulullah
bersabda, “ Di antara hak anak dari ayahnya ialah memberikan pendidikan kepada
anak kepandaian menulis, membaca, kepandaian berenang, kepandaian membidik, dan
memberikannya rezeki denngan rezeki yang halal.” (HR. Abu Syekh dan Al
Baihaqi).
Istri yang
perasa kecenderungan lemah menghadapi ‘kenakalan’ anak, maka sosok ketegasan
ayah yang dibutuhkan. Ayah visioner memberikan arahan terhadap masa depan
keluarga dan anak dengan wawasan yang dimilikinya. Jika ayah tidak memiliki
visi dalam membangun keluarga, maka pembinaan dan pendidikan keluarga tidak
akan berjalan dengan baik. Sehingga istri dan anak cenderung dengan
kesibukannya masing-masing, tidak terbangun kepekaan dan emosional kebersamaan.
Guru utama dalam keluarga ada pada ayah, sedangkan ibu adalah guru pertama bagi
anak-anaknya.
Imam al
Ghazali mengemukakan tentang thariqoh at
tarbiyah (sistem pendidikan) yang harus dilalui dalam mendidik anak,
sehingga mereka terselamatkan dari api dunia dan akhirat. Beliau mengatakan,”Anak
itu amanat Allah yang dipertaruhkan kepada kedua orang tua. Jiwa anak yang suci
murni itu bagai permata indah yang
sangat sederhana, yang belum dibentuk. Ia menerima segala bentuk rupa. Karena
itu anak yang masih murni jika kita biasakan ke jalan kebajikan, tentu sampai
dewasa ia akan selamat. Sebaliknya jika anak-anak kita dibiasakan kejalan
kejahatan dan melengahkan pendidikannya sebagai pendidikan binatang, ceaka dan
sesatlah akhirnya. Kesalahan itu menjadi tanggungjawab ayah dan ibunya,
sebagaimana firman Allah SWT, ‘Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka’. (QS. At Tahrim (66):6).”
Ayah sebagai
sosok pemimpin dan pelindung, seyogyanya memberikan tauladan terbaik bagi istri
dan anak-anaknya. Sebagaimana Allah berfirman, “Arrijaalu kawwamuna ‘alan nisa’, (laki-laki adalah pemimpin bagi
perempuan)”, maka pantaslah jika ayah memiliki tanggungjawab berat dalam
keluarga dan setiap tanggunggungjawab akan dimintai pertanggungjawabannya,
Rasulullah bersabda, “Setiap dari kalian adalah pemimpin dana akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan dia
bertanggungjawab atas kepemimpinannya. Dan, orang laki-laki adalam pemimpin
dalam keluarganya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya.....”
(Muttafaq’alaih).
Terbangunnya
kerjasama dalam pendidikan anak tergantung ayah dalam membawa pada suasana
keharmonisan rumah tangga. Ayah visioner tentunya memiliki scadule pendidikan rumah tangga dan mindmap pencapaian cita-cita mulia keluarga. Ayah yang visioner
juga menjadi inspirator bagi istri dan anak-anaknya untuk melakukan amar ma’ruf
nahi munkar, rajin dalam beribadah dan istiqomah dalam dakwah. Ayah yang
penyayang juga menjadi tempat konseling bagi istri dan anak-anaknya untuk
menemukan solusi yang terbaik dikala menghadapi kebuntuhan permasalahan,
menjadikan anak memahami peran sosial sebagai pemimpin, menjadikan anak mampu
berkomunikasi secara terbuka, memiliki percaya diri dan mampu mengelolah
perasaan cinta.
Bersyukurlah
kita dijadikan orang tua yang mampu menjadikan anak-anak tumbuh dalam asuhan
kasih sayang, belaian dan cinta kita yang semata untuk menggapai ridho Allah
SWT. Wallahu a’lam.
THE POWER OF GIVE
THE POWER OF GIVE
Akhmad Hasan Saleh
Beberapa
tahun tepatnya 12 tahun yang lalu, saya menjadi pendamping masyarakat melakukan
dakwah ekonomi di daerah rawan kerusuhan Halmahera Barat Maluku Utara. Daerah
yang sangat subur penuh dengan tanaman perkebunan membuat saya takjub. Namun
disisi lain, jauh dari keluarga tanpa sanak saudara. Disana saya berkenalan
dengan orang setempat. Orang ini ternyata berasal dari jawa yang tinggal di
Maluku Utara sejak tahun 2000, ia bersama dengan istri dan satu anaknya yang masih kecil. Saya
kira hanya sayalah disana yang tanpa sanak saudara, ternyata masih ada orang
yang lebih kurang beruntung kehidupannya dari saya di tempat perantauan. Mereka
hidup dalam satu rumah kos-kosan yang dihuni oleh beberapa karyawan perusahaan,
keluarga kecil itu hanya mampu menyewa satu kamar kecil berukuran 3 x 3 meter.
Sebelumnya mereka tinggal berpindah-pindah dari kos-kosan ke kos-kosan yang
lain. Rumahnya pun tidak layak untuk ditempati, bisa dibayangkan rumah pesisir
pantai. Suaminya bekerja sebagai tukang ojek dengan sepeda motor sewaan.
Penghasilannya pun tak menentu. Uang hasil ojek yang bisa ia bawa pulang setiap
hari maksimal 50.000, jika hari itu menjadi keberuntungannya, jika lagi sepi
penumpang hampir tidak bawa apa-apa, karena uang sudah habis dengan sewa motor,
bahkan harus ngutang uang sewa pada juragannya (pemilik sepeda motor).
Saat
itu, saya berinisiatif untuk mengajak mereka untuk tinggal bersama di rumah
kontrakan yang saya kontrak. Dalam hati kecil ini berkata, “biarlah saya
menanggung hidup mereka, lah wong sama-sama hidup diperantauan”. Dengan gaji
pas-pasan saya harus membayar kontrakan bulanan dan menanggung makan harian
satu keluarga itu, belum lagi biaya transportasi yang cukup mahal karena harus
menempuh perjalanan keluar masuk hutan dan menyeberangi lautan ternate-Halmahera.
Hampir-hampir gaji setiap bulan tak dapat saya tabung untuk dibawa pulang
diakhir masa kontrak pendampingan. Sedangkan sebelumnya saya sudah
menghitung-hitung gaji untuk saya bawa pulang diakhir masa tugas selama 1
tahun. Perkiraan hitungan gaji yang akan saya bawa pulang sebesar 10 juta. Namun
pikiran itu lenyap ketika waku terus berjalan menanggung keluarga tersebut, saya
tidak lagi berfikir untuk diri sendiri, tetapi bagaimana keluarga dengan satu
anak itu bisa hidup layak. Mereka sangat perhatian kepada saya, setiap saya
pulang dari pendampingan mereka sudah menyiapkan makanan untuk saya diatas meja
makan.
Pada
suatu malam, saya pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat qiyamul lail. Saat
itu saya berfikir, “hanya ini yang bisa saya lakukan untuk bisa mendapatkan
pertolongan Allah dan mengetuk pintu langitNya serta membaca al qur’an untuk
berkomunikasi dengan Allah”. Dalam hati kecil saya semakin bertambah keyakinan
itu. Pada saat membaca al qur’an, saya sempat terhenti pada ayat al baqarah
ayat 261 “Perumpamaan orang yang
meninfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah
melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha mengetahui”. Ayat ini membuat saya merenung selama seminggu “apa ia,
saya akan mendapatkan sebanyak 7 kali lipat bahkan lebih?”. Saya baru sadar
bahwa Allah akan melipatgandakan pahala apapun yang kita lakukan dengan ikhlas,
khususnya harta kita, entah berupa kesahatan atau yang lainnya. Keyakinan untuk
membantu keluarga yang menjadi tanggungan saya itu semakin kuat. Walaupun pada
akhirnya hitungan saya meleset untuk bisa membawa uang hasil pendampingan setahun
sebanyak 10 juta.
Dipertengahan
tahun masa tugas pendampingan, saya berinisiatif untuk membuka bisnis besi tua,
namun yang mengelola adalah keluarga tersebut. Akhirnya bisnis besi tua pun
berjalan. Satu bulan pertama mendapatkan laba bersih sebesar 1,5 juta. Sampai
kemudian usaha besi tua itu saya limpahkan sepenuhnya kepada keluarga tersebut.
Namun dari keuntungan yang didapatkan hanya cukup untuk membayar hutang-hutang
yang menumpuk di masa lalunya. Saya tidak mengambil keuntungan sedikit pun dari
penjualan besi tua. Dalam fikiran saya “biarlah mereka menikmati penghasilan
itu, biarlah mereka bahagia, supaya mereka seperti orang lain yang layak
menikmati kebahagian dari hasil usahanya”.
Waktu
terus berjalan hingga dipenghujung tahun masa kontrak sebagai pendamping
masyarakat. Saya merasa sedih harus meninggalkan keluarga tersebut yang sudah
seperti keluarga sendiri. Sedangkan uang kerja setahun yang saya tabung hanya
mencapai 2 juta. Namun hati ini tetap memiliki keyakinan pada Allah, bahwa
Allah tak pernah tidur dan Allah takkan ingkar janji. Pikiran saya menerawang
jauh kedepan dan berfikir bahwa orang yang tidak beriman saja, Allah berikan
harta dan kesehatan, apalagi orang yang beriman pada Allah, pasti Allah akan
jaga dan akan diberikan segalanya nanti pada waktunya. Fikiran inilah yang
kemudian menguatkan saya untuk terus berharap pada Allah, walaupun selalu
muncul pertanyaan “kapan?, mana? Saya lagi butuh”. Dan kemudian muncul jawaban
dari hati ini, “pertolongan Allah datang tepat pada waktunya”.
Waktu
terus berlalu, sehingga satu minggu sebelum kepulangan, saya dikagetkan dengan pemberian
seorang teman asli ternate, dia memberikan sesuatu pada saya berupa amplop
besar berwarna coklat, setelah saya buka ternyata Subhanallah........ didalamnya
berisi uang. Lebih kaget lagi setelah saya hitung berjumlah 8 juta. Saya
terharu dan dalam dada ini semakin bertambah keyakinan itu. Bahwa Allah akan
berikan kenikmatan dan menyelesaikan masalah hamba tepat pada waktunya, karena
Allah tak ingkar janji. Sejak itu keyakinan terhadap rizqi Allah tak pernah ragu
dan risau, yang ada dalam fikiran saya bahwa “Allah akan berikan rizqi pada
hambaNya tepat pada waktunya, laa tahzan
innallaha ma’ana (jangan sedih Allah bersama kita)”. Bahkan sampai pada
prinsip “ketika tidak punya segeralah banyak memberi, ketika punya perbanyaklah
lagi”. Keyakinan saya dikuatkan juga dengan kata-kata sang murobbi yang terus
terpatri dalam hati yaitu “jadilah wong loman (orang dermawan)”. Maka benarlah
janji Allah dalam surat al baqorah ayat 261. Wallahu a’lam.
Jumat, 11 Mei 2018
KISAH CINTA AKU DAN KAMU
UNTUKMU YANG AKU CINTA......
Yang selalu menemani hidupku
Memberikan segalanya untukku
Sebagai motivasi dalam perjalanan dakwah
Engkau pula yang memahamiku
saat diri ini letih dalam kepayahan
Engkau pula yang memberikan semangat
Saat diri ini lemah tak berdaya
Engkau pula yang menghibur
Saat masalah demi masalah menghampiri
Yang selalu menemani hidupku
Memberikan segalanya untukku
Sebagai motivasi dalam perjalanan dakwah
Engkau pula yang memahamiku
saat diri ini letih dalam kepayahan
Engkau pula yang memberikan semangat
Saat diri ini lemah tak berdaya
Engkau pula yang menghibur
Saat masalah demi masalah menghampiri
Engkau yang berjiwa Kadijah
Engkau yang berwatak Aisyah
Engkau yang berakhlaq Fatimah
Engkau yang berwatak Aisyah
Engkau yang berakhlaq Fatimah
Kuberharap pada Robku....
Kebersamaan bersamamu di dunia dan disyurga
Kebersamaan bersamamu di dunia dan disyurga
Bahwa cinta dua insan dalam genggaman akad
adalah dua insan yang akan naik ke syurga Allah bersama-sama
Jika suatu saat, aku bertemu dengan Robku lebih dahulu
maka aku akan bisikkan padaNya
bahwa engkau adalah belahan jiwaku yang setia
menemani dalam perjalanan dakwahku
menjaga amanah yang telah diberikan
mengajari anak-anak dengan kesholihan
engkau khadijahku, aisyahku dan fatimahku
Namun, jika suatu saat engkau lebih dahulu menghadapNya
sampaikan pada Robmu dan Robku
bahwa aku mencintaimu karenaNya.
cukup inilah yang aku miliki untukmu
wahai bidadariku dunia dan akhirat.
kediri, 10/5/18
Kamis, 12 April 2018
SAP Spiritual Quotient
CONCEPT MAP
Mata
Kuliah : Spiritual Quotient
Informasi Umum
Data
Pribadi
a. Nama
Dosen : Akhmad Hasan Saleh
b. Alamat
Kantor : STAIN Kediri Jl. Sunan
Ampel 7 Ngonggo Kediri
c. Telp
Kantor : (0345) 689282
d. Jam
Kantor : 07.30 – 16.00 WIB
e. Alamat
Rumah : Vila Bukit Tidar A1
No.89 Merjosari Kota Malang
f. Telp
Rumah/HP : - / 081334079818
h. Blog :
http//jurnalpemikirislam.blogspot.co.id
Deskripsi Mata Kuliah
Spiritual Qoutient merupakan mata
kuliah yang sangat penting untuk diberikan pada mahasiswa, karena mata kuliah
spiritual quotient mampu meningkatkan kesadaran untuk beribadah dan memperbaiki
perilaku untuk melakukan ketaatan pada Allah. sehingga kedudukan mata kuliah
ini di dalam kurikulum sama pentingnya dengan mata kuliah-mata kuliah dasar
lainnya. Mata kuliah spiritual quotient menjadi wajib untuk ditempuh setiap
mahasiswa, khususnya akhlaq tasawuf di semester genap.
Mata
kuliah Spiritual Qoutient mempelajari tentang ruanglingkup, urgansi dan manfaat
spiritual, konsep diri, hubungan spiritualitas dengan alam semesta serta kajian
ilmiah tentang pusat ketuhanan dalam diri manusia menurut kajian ilmiah dan
Islam. Kuliah Spiritual Questient sama dengan mata kuliah yang lain, namun mata
kuliah ini memiliki kelebihan dalam melakukan percepatan meningkatkan kesadaran
spiritualitas. percepatan spiritualitas dalam mata kuliah ini dikaji secara
ilmiah dari sisi ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini, sehingga metode
yang digunakan adalah sharing information dan kajian mendalam terhadap kondisi
diri dan orang lain. dalam sharing information mahasiswa dituntut untuk
memberikan informasi dengan argumen secara ilmiah yang diambil dari hasil
penelitian, kajian literature atau lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan
keilmiahannya.
Mahasiswa
setelah menempuh mata kuliah ini diharapkan menjadi mahasiswa yang mampu mempertahankan spiritualitasnya dan mampu
mengolah spiritualitas dalam dirinya, kemudian menyebarkan energy posiif
spiritual pada orang lain. Oleh karena
itu, mata
kuliah ini menjadi salah satu standar penting kelulusan mahasiswa Program
Akhlaq Tasawuf Jurusan Ushuluddin.
Kompetensi Mata Kuliah
1. Mahasiswa
memahami makna, urgensi
dan manfaat SQ
2. Mahasiswa
memahami pusat SQ dalam
diri manusia secara ilmiah
3. Mahasiswa
memahami hubungan
spiritualitas dengan alam semesta
4. mahasiswa memahami penyebab, penghambat dan penguat
dari spiritualitas
Indikator
1. Mahasiswa
mampu menjelaskan makna,
urgensi, dan manfaat SQ
2. Mahasiswa
dapat menguraikan secara
ilmiah pusat SQ dalam diri manusia
3. Mahasiswa
mampu memberikan
informasi secara ilmiah hubungan spiritualitas dengan alam semesta
4. Mahasiswa
mampu menganilisis penyebab,
penghambat, dan penguat spiritualitas
Topik Perkuliahan
1. Orientasi
perkuliahan dan kontrak belajar
2. Objek Kajian Spiritual Quotient
3. Pandangan dan teori spiritualitas
4. Konsep Diri (Self Concept)
5. Hubungan Spiritual dan Agama
6. Hubungan Spiritual dengan Intelektual dan Emotional
7. God Spot sebagai Pusat SQ
8. UTS
9. Makna dan tingkatan kesadaran
10. Spiritualitas alam semesta (spiritual interpersonal)
11. Makna ujian, sedih dan penyebabnya
12. Makna rahmat, bahagia dan jembatannya
13. Penghambat spiritual
14. Penguatan spiritual
15. Aktivasi indera spiritual
16. UAS
Strategi Perkuliahan
1. Ceramah
2. Inqury
3. Diskusi
4. Learning
Strats with A Question
5. Reading
Guide
Sumber Bacaan
1.
KH. Toto
Tasmara, Kecerdaszan Ruhaniah (Transcendental Intelligence), (Jakarta:
Gema Insanai, 2006).
2.
Capt. Wahid
Bakhsh Rabbani, Islamic Sufism (terjmh), (Jakarta: Sahara Publisher,
2004)
3.
Siti Fauziana
Hassan, Matlamat Hidup dan Kebahagiaan Sebenar (Dari Perspektif Psikologi
Islam), (Malaysia: Malaysia Press Sdn Bdn, 2015)
4.
Imam al Ghazali, Menjadi Mu’min sejati (minhajul Abidin),
5.
Fahruddin ar
Razi, an Nafs war Ruh wa Syarh Quwahuma (terjmh), (Surabaya: Risalah
Gusti, 2001)
6.
Dr.
Mohammad ‘Ustman Najati, Ad Dirasat an
Nafsaniyyah ‘inda al ‘Ulama’ al Muslimin (terjmh),
(Kairo: Dar Syuruq, 1993)
7.
___________, Al Qur’an
‘Ilmu Nafs (terjmh), (Kairo: Dar Syuruq, 1402 H/1982)
8.
___________, Al
Haditttsun Nabawiy wa ‘Ilmun Nafs (terjmh), (Kairo: Dar Syuruq, 1421
H/2000)
9.
Ibn Sina, Ahwal
an nafs Risalah fi an Nafs wa Baqa’iha wa Ma’adiha (terjmh), (Bandung:
Pustaka Hidayah, 2009)
Sabtu, 31 Maret 2018
SAP Filsafat Islam
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM SARJANA
Melalui Kuliah Dalam Bentuk Kegiatan Tatap Muka, Kegiatan Penugasan
Terstruktur Dan Kegiatan Mandiri.[1]
MATA KULIAH
|
:
|
Filsafat Islam
|
||
SKS
|
:
|
2
|
||
Minggu
Ke
|
Kemampuan Akhir
tiap Tahap Pembelajaran
|
Bahan Kajian
(Materi)
|
Metode
Pembelajaran
|
Alokasi
Waktu
|
Deskripsi
Tugas
|
Kriteria-Indikator
|
Bobot
Penilaian
|
1.
|
Mampu
memperkirakan orientasi perkuliahan dan memahami kontrak belajar
|
Kontrak belajar
dan sistem penilaian
|
Ceramah dan
tanya jawab
|
50x2 = 100
menit
|
Membaca
literatur tentang Filsafat Islam dan Filsafat Umum
|
Memahami:
1. Kontrak belajar
2. Sistem penilaian
|
10
|
2.
|
Mampu
menguraikan objek kajian Filsafat Islam secara umum
|
Objek Kajian Filsafat
islam
Problem
filsafat
Perbandingan
Filsafat islam dan Barat
|
1.
Inquiring Mind Want To Know
2.
Active
Debate
|
50x2 = 100
menit
|
Menulis review materi dan mempersiapkan
pertanyaan terkait materi selanjutnya dengan membaca beberapa literatur
|
Memahami:
1. Definisi filsafat secara umum
2. Definisi filsafat menurut islam
3. Problrm filsafat
4. Framework orientalis
5. Epistemologi filsafat
|
10
|
3.
|
Mampu
menjelaskan sejarah perkembangan filsafat Islam
|
Asal usul filsafat Islam
Ahli akal dan ahli nukil
Perkembangan filsafat
islam
|
1.
Inquiring Mind Want To Know
2.
Active
Debate
|
50x2 = 100
menit
|
Menulis review
materi dan mempersiapkan pertanyaan terkait materi selanjutnya dengan membaca
beberapa literatur
|
Memahami:
1. Asal usul filsafat islam
2. Perbedaan ahli akal dan nukil
3. Perkembangan filsafat islam
|
|
4.
|
Mampu menjabarkan Korelasi Filsafat dengan
Worldview Islam
|
Worldview
barat
Worldview
Islam
Korelasi
filsafat islam dan worldview islam
|
1)
Subject Review
2)
Listening Team
3)
Advisory group
|
50x2 = 100
menit
|
Mencari, membaca dan review jurnal terkait kausalitas
dan worldview
|
Memahami :
1. Definisi Worldview
2. Worldview pandangan barat
3. Worldview sebagai pandangan hidup
4. Lahirnya worldview dan periodesisasi
5. Perbandingan worldview barat dan islam
6. Korelasi filsafat islam dan worldview islam
|
10
|
5.
|
Mampu
menjelaskan hukum kausalitas dalam worldview islam
|
Terminologi
Kausalitas
Teori atom dan
kausalitas
Kausalitas
dalam tradisi falsafah
|
1)
Subject Review
2)
Peer Lessons
|
50x2 = 100 menit
|
Literatur review
|
Mengingat :
1. Terminologi dan definisi kausalitas
2. Kausalitas dan worldview islam
3. Kausalitas alam
4. Teori atom dan kausalitas
5. Pandangan kausalitas menurut
tokoh filsafat : al kindi, al farabi dan ibn sina
|
10
|
6.
|
Mampu
menjelaskan epistemologi ilmu dalam filsafat islam
|
Definisi dan
epistemologi ilmu
Hakikat ilmu
Korelasi ilmu
dan worldview islam
Sumber ilmu
pengetahuan
Komparasi ilmu
dalam filsafat islam dan barat
|
1)
Subject review
2)
Group-to-Group
Exchange
|
50x2 = 100
menit
|
Literatur review
|
Mengingat :
1. Definisi dan epistemologi ilmu
2. Hakikat ilmu
3. Sumber ilmu pengetahuan
4. Komparasi ilmu dalam filsafat islam dan barat
|
10
|
7.
|
Mampu mengurai
Interpretasi al Ghazali atas Realitas
|
definisi klasik
definisi
menurut al ghazali
unsur-unsur
utama kenyataan
|
1)
Subject review
2)
Group-to-Group
Exchange
|
50x2 = 100
menit
|
Literatur review
|
Memahami :
1. Definisi klasik terhadap realitas
2. Definisi al ghazali terhadap realitas
3. Unsur-unsur utama kenyataan: konsep tentang tuhan, konsep kosmologi,
sistem kosmos, ontologi penciptaan makhluk
|
10
|
8.
|
Mampu mengurai
pengetahuan menurut al Ghazali
|
Definisi, makna, pengetahuan
Pengetahuan
dan realitas
Hakikat
pengetahuan : agama dan rasionalitas
Pencapaian pengetahuan
Pengetahuan
dan kepastian
|
1)
Subject review
2)
The Study Group
|
50x2 = 100
menit
|
Literatur review
|
Memahami :
1. Definisi dan makna pengetahuan
2. Korelasi pengetahuan dan realitas
3. Hakikat pengetahuan
4. Pencapaian pengetahuan
5. Hubungan pengetahuan dan kepastian
|
10
|
9.
|
Mampu
menjelaskan Kausalitas dan Pengetahuan menurut Ibn Rusd
|
Negasi
pengetahuan\
Penyangkalan
terhadap sifat alamiah sesuatu
Pola sesuatu
yang pasti
|
1)
Subject review
2)
The Study Group
|
50x2 = 100
menit
|
Literatur review
|
Memahami:
1. Negasi pengetahuan pendangan ibn Rusd
2. Penyangkalan terhadap sifat alamiah sesuatu
3. Pola sesuatu yang pasti menurut ibn Rusd
|
|
10.
|
Mampu
menerangkan konsepsi Tuhan dan
Sembahyang menurut Muhammad Iqbal
|
1)
Subject review
2)
Information
Search
|
50x2 = 100
menit
|
Journal Literatur review
|
Memahami :
1. Definisi Konsep Tuhan
2. Indikator Tuhan
3. Definisi Sembahyang
4. Konsep Tuhan dan sembahyang menurut Iqbal
|
10
|
|
11.
|
Mampu
menerangkan Konsep Kenabian menurut Ibnu Sina
|
1)
Subject review
2)
Active Knowledge
Sharing
|
50x2 = 100
menit
|
Literatur review
|
Memahami :
1. Definisi Konsep Kenabian
2. Kenabian menurt Ibnu sina
|
10
|
|
12.
|
Mampu mengurai
epsitemologi, psikologi dan mistisme Ibnu ‘Arabi
|
1)
Subject review
2)
Active Knowledge
Sharing
|
50x2 = 100
menit
|
Literatur review “Hakikat
Nafs”
|
Memahami :
1. Definisi Epistemologi
2. Definisi psikologi dalam islam
3. Definisi mistisme dalam islam
4. Mistisme menurut ibnu ‘Arabi
|
10
|
|
13.
|
Mampu mengurai
Konsep Makhluq menurut Imam ar Razi (Fakhr Razi)
|
1)
Subject review
2)
Information
Search
|
50x2 = 100
menit
|
Journal and Literatur
review “Motivasi Perilaku menurut psikologi dan tasawuf”
|
Memahami :
1. Definisi Makhluk
2. Konsep makhluk menurut ar Razi (Fakhr razi)
|
10
|
|
14.
|
Mampu menjelaskan Pandangan metafisika
menurut Sayyid Muhammad Naquib Al Attas
|
1)
Subject review
2)
Group Resume
|
50x2 = 00
menit
|
Membuat artikel dengan
tema besa tentang psikosufistik
|
Mengingat :
1. Definisi Metafisika
2. Metafisika menurut M.N al Attas
|
10
|
[1]Pasal 17 ayat (1) Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 bahwa 1 (satu) sks pada proses pembelajaran berupa KULIAH, RESPONSI,
ATAU TUTORIAL, terdiri atas (a) kegiatan
tatap muka 50 (lima puluh) menit per minggu per semester; (b) kegiatan penugasan terstruktur 60 (enam puluh) menit
per minggu per semester; dan (c) kegiatan
mandiri 60 (enam puluh) menit per minggu per semester.Pasal 17 ayat (2) Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 bahwa 1 (satu) sks
pada proses pembelajaran berupa SEMINAR atau bentuk lain yang sejenis,
terdiri atas (a) kegiatan tatap muka 100
(seratus) menit per minggu per semester; dan (b) kegiatan mandiri 70
(tujuh puluh) menit per minggu per semester..
Pasal
17 ayat (4) Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 bahwa 1 (satu) sks pada proses pembelajaran berupa PRAKTIKUM,
PRAKTIK STUDIO, PRAKTIK BENGKEL, PRAKTIK LAPANGAN, PENELITIAN, PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT, dan/atau proses pembelajaran lain yang sejenis, 170 (seratus
tujuh puluh) menit per minggu per semester.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)